Kumpulan Puisi yang Begitu Populer dan Penuh Akan Makna


Puisi yang begitu populer dan penuh makna merujuk pada puisi-puisi yang telah menarik perhatian banyak orang dan memiliki nilai serta pesan yang mendalam. Puisi-puisi semacam ini menjadi terkenal karena kemampuannya untuk menyentuh hati dan pikiran pembaca, serta memberikan pengalaman yang mempengaruhi dan menginspirasi.

Puisi yang populer seringkali memiliki daya tarik yang kuat dalam hal gaya bahasa, imajinasi, ritme, atau emosi yang ditularkan. Mereka mampu menggugah pembaca dengan cara yang unik, menciptakan ikatan emosional, dan meninggalkan kesan yang tak terlupakan. Puisi-puisi populer juga sering kali mencerminkan tema universal yang relevan, seperti cinta, kehidupan, perjuangan, keindahan alam, atau refleksi tentang manusia dan kehidupan.

Selain itu, puisi-puisi populer juga memiliki kedalaman makna yang memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan, moralitas, nilai-nilai, dan tantangan sosial. Mereka mampu menggambarkan perasaan, pikiran, atau pengalaman manusia secara autentik, seringkali menggugah empati dan pemikiran kritis.

Puisi-puisi yang populer dan penuh makna dapat membawa perubahan dalam perspektif, pemahaman, dan tindakan pembaca. Mereka mampu memicu refleksi, menggerakkan perasaan, dan mendorong tindakan yang lebih baik. Kehadiran puisi-puisi semacam ini dalam budaya dan kesusastraan masyarakat membantu menghidupkan pengalaman manusia, memberikan suara pada ketidakadilan, serta merayakan keindahan bahasa dan ekspresi.

Secara keseluruhan, puisi yang begitu populer dan penuh makna adalah puisi-puisi yang berhasil menarik perhatian luas, memiliki daya tarik estetika yang kuat, dan memberikan pesan serta makna yang mendalam tentang kehidupan dan kemanusiaan. Puisi-puisi semacam ini tidak hanya menjadi karya seni yang menghibur, tetapi juga menjadi sarana komunikasi, refleksi, dan perubahan bagi pembaca. Mari simak beberapa puisi yang begitu populer dan penuh makna:

HERMAN

 

Karya: sutardji calzoum bachri

 

herman tak bisa pijak di bumi tak bisa malam di bulan

tak bisa hangat di matari tak bisa teduh di tubuh

tak bisa biru di lazuardi tak bisa tunggu di tanah

tak bisa sayap di angin tak bisa diam di awan

tak bisa sampai di kata tak bisa diam di diam tak bisa paut di mulut

tak bisa pegang di tangan takbisatakbisatakbisatakbisatakbisatakbisa

 

di mana herman? kau tahu?

tolong herman tolong tolong tolong tolongtolongtolongtolongngngngngng!

 

MATA HITAM

karya : WS Rendra

 

Dua mata hitam adalah matahati yang biru

dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu.

Rindu bukanlah milik perempuan melulu

dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu.

Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi

kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi.

Dua mata hitam adalah rumah yang temaram

secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam.

 

AKU BERADA KEMBALI

 

Karya : Chairil Anwar

 

Aku berada kembali. Banyak yang asing:

air mengalir tukar warna,kapal kapal,

elang-elang

serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;

 

rasa laut telah berubah dan kupunya wajah

juga disinari matari lain.

 

Hanya

Kelengangan tinggal tetap saja.

Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;

lebih lengang pula ketika berada antara

yang mengharap dan yang melepas.

 

Telinga kiri masih terpaling

ditarik gelisah yang sebentar-sebentar

seterang

guruh

 

1949

 

PADA SUATU HARI NANTI

 

Karya : Supardi  Djoko Damono

 

Pada suatu hari nanti,

Jasadku tak akan ada lagi,

Tapi dalam bait-bait sajak ini,

Kau tak akan kurelakan sendiri.

 

Pada suatu hari nanti,

Suaraku tak terdengar lagi,

Tapi di antara larik-larik sajak ini.

 

Kau akan tetap kusiasati,

Pada suatu hari nanti,

Impianku pun tak dikenal lagi,

Namun di sela-sela huruf sajak ini,

Kau tak akan letih-letihnya kucari.

 

DARI BENTANGAN LANGIT

 

Karya  :Emha Ainun Najib

 

Dari bentangan langit yang semu

Ia, kemarau itu, datang kepadamu

Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang

Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan

menyapu hutan !

Mengekal tanah berbongkahan !

datang kepadamu, Ia, kemarau itu

dari Tuhan, yang senantia diam

dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa

yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.

 

1997

 

SEBUAH JAKET BERLUMURAN DARAH

 

karya: Taufik Ismail

 

Sebuah jaket berlumur darah

Kami semua telah menatapmu

Telah pergi duka yang agung

Dalam kepedihan bertahun-tahun.

 

Sebuah sungai membatasi kita

Di bawah terik matahari Jakarta

Antara kebebasan dan penindasan

Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang

Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’

Berikara setia kepada tirani

Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.

 

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu

Kami semua telah menatapmu

Dan di atas bangunan-bangunan

Menunduk bendera setengah tiang.

 

Pesan itu telah sampai kemana-mana

Melalui kendaraan yang melintas

Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan

Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa

Prosesi jenazah ke pemakaman

Mereka berkata

Semuanya berkata

Lanjutkan Perjuangan.

 

HANYA DALAM PUISI

 

karya : Ajip Rosidi

 

Dalam kereta api

Kubaca puisi: Willy dan

Mayakowsky

Namun kata-katamu

kudengar

Mengatasi derak-derik

deresi.

 

Kulempar pandang ke luar:

Sawah-sawah dan

gunung-gunung

Lalu sajak-sajak

tumbuh

Dari setiap bulir peluh

Para petani yang

terbungkuk sejak pagi

 

Melalui hari-hari keras dan sunyi.

Kutahu kau pun tahu:

Hidup terumbang-ambing antara langit

dan bumi

Adam terlempar dari surga

Lalu kian kemari

mencari Hawa.

 

Tidakkah telah menjadi takdir penyair

Mengetuk pintu demi pintu

Dan tak juga

ditemuinya: Ragi hati

Yang tak mau

Menyerah pada

situasi?

 

Dalam lembah

menataplah wajahmu

yang sabar.

Dari lembah

mengulurlah tanganmu

yang gemetar.

Dalam kereta api

Kubaca puisi: turihan-turihan hati

Yang dengan jari-jari

besi sang Waktu

Menentukan langkah-langkah Takdir:

Menjulur

Ke ruang mimpi yang kuatur

sia-sia.

 

Aku tahu.

Kau pun tahu. Dalam puisi

Semuanya jelas dan pasti.

 

1968

 

HATIKU SELEMBAR DAUN

 

Karya: Sapardi Djoko Damono

 

Hatiku selembar daun

Melayang jatuh di rumput

Nanti dulu

Biarkan aku sejenak terbaring di sini

Ada yang masih ingin kupandang

Yang selama ini senantiasa luput

Sesaat adalah abadi

Sebelum kausapu tamanmu setiap pagi

 

BIRU BUKIT, BUKIT KELU 

 

Karya: Taufiq Ismail

 

Adalah hujan dalam kabut yang ungu

Turun sepanjang gunung dan bukit biru

Ketika kota cahaya dan dimana bertemu

Awan putih yang menghinggapi cemaraku.

Adalah kemarau dalam sengangar berdebu

Turun sepanjang gunung dan bukit kelu

Ketika kota tak bicara dan terpaku

Gunung api dan hama di ladang-ladangku.

Lereng-lereng senja

Pernah menyinar merah kesumba

Padang ilalang dan bukit membatu

Tanah airku.

 

SAJAK MATAHARI 

 

Karya: W.S. Rendra

 

Matahari bangkit dari sanubariku

Menyentuh permukaan samodra raya

Matahari keluar dari mulutku

Menjadi pelangi di cakrawala

Wajahmu keluar dari jidatku

Wahai kamu, wanita miskin!

kakimu terbenam di dalam lumpur

Kamu harapkan beras seperempat gantang

Dan di tengah sawah tuan tanah menanammu!

Satu juta lelaki gundul

keluar dari hutan belantara

tubuh mereka terbalut lumpur

dan kepala mereka berkilatan

memantulkan cahaya matahari

Mata mereka menyala

Tubuh mereka menjadi bara

Dan mereka membakar dunia

Matahari adalah cakra jingga

Yang dilepas tangan Sang Krishna

Ia menjadi rahmat dan kutukanmu

Ya, umat manusia!

 

LERENG MERAPI 

 

Karya: Sitor Situmorang

 

Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini

Aku akan rindu balik pada semua ini

Sunyi yang kutakuti sekarang

Rona lereng gunung menguap

Pada cerita cemara berdesir

Sedu cinta penyair

Rindu pada elusan mimpi

Pencipta candi Prambanan

Mengalun kemari dari dataran 

Dan sekarang aku mengerti

Juga di sunyi gunung

Jauh dari ombak menggulung

Dalam hati manusia sendiri

Ombak lautan rindu

Semakin nyaring menderu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun Ketegangan dalam Novel Anda: Tip dan Trik Agar Pembaca Tetap Terpikat

Peran Setting dalam Membangun Atmosfer pada Novel

Gaya Penulisan dan Bahasa dalam Novel: Keunikan dan Pengaruhnya