Biografi Ahmad Tohari
Ahmad Tohari adalah seorang penulis asal Indonesia yang lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah pada 13 Juni 1948. Ahmad Tohari dibesarkan dalam keluarga petani yang kurang mampu di desa kecil tersebut. Meskipun kondisi kehidupannya sulit, Ahmad Tohari tetap bersemangat belajar dan mengasah bakat menulisnya.
Pada tahun 1967, Ahmad Tohari pindah ke Jakarta dan bekerja sebagai jurnalis di harian Kompas. Setelah beberapa tahun bekerja sebagai jurnalis, ia memutuskan untuk menjadi penulis dan keluar dari Kompas pada tahun 1978.
Karya-karya Ahmad Tohari banyak mengangkat tema kehidupan petani dan kehidupan di pedesaan. Beberapa karya terkenalnya antara lain:
1. Ronggeng Dukuh Paruk (1982)
"Ronggeng Dukuh Paruk" adalah novel pertama dalam trilogi "Lintang" yang ditulis oleh Ahmad Tohari. Novel ini mengisahkan tentang seorang gadis desa bernama Srintil yang dipilih menjadi ronggeng (penari tradisional) oleh masyarakat Dukuh Paruk. Namun, Srintil harus menghadapi berbagai dilema moral dan konflik dalam kehidupannya sebagai ronggeng. Kehidupan Srintil dan masyarakat Dukuh Paruk digambarkan dengan sangat detail, sehingga membawa pembaca merasakan kehidupan di pedesaan Jawa pada masa itu.
2. Lintang Kemukus Dini Hari (1985)
"Lintang Kemukus Dini Hari" adalah novel kedua dalam trilogi "Lintang" yang ditulis oleh Ahmad Tohari. Novel ini mengisahkan tentang seorang anak muda bernama Sastrodarsono yang ingin mencari jati dirinya dan menemukan arti cinta sejati. Ia melintasi berbagai tempat dan bertemu dengan berbagai orang yang membantunya menemukan makna hidup. Kisah dalam novel ini terjalin dengan sangat baik dan memberikan pandangan yang dalam tentang kehidupan.
3. Kubah (1986)
"Kubah" adalah novel ketiga dari Ahmad Tohari dan diterbitkan pada tahun 1986. Novel ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Hasan, yang baru kembali dari Belanda setelah menempuh pendidikan di sana. Ia kemudian menjadi guru di sebuah sekolah di desa kecil di Jawa Tengah. Novel ini menggambarkan keadaan masyarakat desa yang menghadapi perubahan sosial dan politik pada tahun 1965. Kisah dalam novel ini diwarnai dengan unsur-unsur romansa dan intrik politik.
4. Di Kaki Bukit Cibalak (1987)
"Di Kaki Bukit Cibalak" adalah novel yang diterbitkan pada tahun 1987. Novel ini mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Sudiro yang bercita-cita menjadi seorang seniman musik tradisional. Sudiro menempuh perjalanan panjang dari kampung halamannya di Jawa Tengah ke Jakarta untuk mengejar mimpinya. Novel ini memberikan gambaran tentang kehidupan orang-orang di pedesaan dan kota pada masa itu, dan memberikan pandangan kritis tentang nilai-nilai sosial dan politik yang ada.
Karya-karyanya sering kali menggambarkan kehidupan masyarakat desa yang berjuang untuk bertahan hidup di tengah kesulitan ekonomi, sosial, dan politik. Ia juga seringkali mengangkat tema-tema sosial seperti keadilan, kemiskinan, dan ketimpangan sosial dalam karyanya.
Pada tahun 1982, Ahmad Tohari mendapatkan penghargaan dari majalah Tempo sebagai penulis terbaik pada tahun itu. Ia juga telah mendapatkan banyak penghargaan di Indonesia dan luar negeri atas karya-karyanya yang mengangkat tema-tema penting dalam masyarakat.
Ahmad Tohari dikenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia yang produktif dan karyanya terus dibaca dan dikaji hingga saat ini. Meskipun ia telah berpulang pada tanggal 28 April 2021, warisan karya-karyanya tetap menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk memahami kehidupan di Indonesia dan menghargai budaya dan warisan leluhur.
Komentar
Posting Komentar