Drama Ayahku Pulang Karya Usmar Ismail: Analisis dan Tanggapan

 


Sinopsis: 

Drama ini menceritakan kehidupan rumah tangga yang kurang harmonis karena sang ayah tega meninggalkan istri dan ketiga anaknya yang masih kecil. Saat itu putra sulung Raden Saleh dan Tina yang bernama Gunarto berumur 8 tahun, Maimun anak keduanya masih balita sedangkan putri ketiganya masih dalam kandungan yang bernama Mintarsih. Sejak kepergian sang ayah, Gunarto menjadi tulung punggung keluarganya, Maimun juga bekerja demi keluarga agar dapat membiayai pernikahan adiknya. Mintarsih, si bungsu juga bekerja dengan menerima jahitan karena telah belajar menjahit dari ibunya. Pada malam hari raya, ibunya sedang melamun teringat akan 20 tahun silam dimana malam itu suaminya pergi meninggalkan mereka semua. Gunarto memilih tidak membicarakan dan mengalihkan pembicaraan tentang Mintarsih. 

Kemudian maimun pulang dengan bahagia dan membawa kabar bahwa Pak Tirto melihat seorang yang mirip dengan ayah mereka. Konflik muncul saat kedatangan Raden saleh dengan penampilan yang berbeda, ia kini seperti pengemis. Ibu kaget hampir tidak percaya namun bahagia dan akhirnya menyuruhnya untuk masuk dan mengenalkan Raden Saleh kepada anak-anaknya. Maimun dan Mintarsih yang tidak mengerti permasalahan apa yang dulu  pernah terjadi, langsung saja menerima orang tersebut sebagai ayah sedangkan Gunarto yang masih meiliki rasa dendam yang mendalam pada ayahnya hanya diam. Ia mengingatkan ayah, ibu dan adik-adiknya tentang kesalahan yang telah diperbuat oleh ayahnya di masa lalu. Sang ayah menyesal dan memilih untuk pergi. Ibu dan Mintarsih menangis. Maimun menyesalkan perilaku Gunarto yang tidak mau menerima kembali ayah mereka dan pergi untuk memanggil ayahnya pulang kembali. Tetapi maimun hanya menemukan kopiah dan baju ayahnya saja dipinggir jembatan. Akhinya Maimun membawa pulang kopiah dan baju sang ayahnya ke rumah. Saat itulah Gunarto terkejut dan menyesali perlakuannya terhadap sang ayah. 

Analisis: 

Dalam naskah drama berjudul “Ayahku Pulang” memiliki tema yang berlingkup pada kehidupan sosial masyarakat yaitu rasa penyesalan. Sebuah rasa bersalah dari seorang anak yang menyesal tidak menerima maaf dari sang ayahanda yang telah meninggalkannya sejak ia berusia 8 tahun. Penyesalan tersebut muncul akibat sifat angkuh dari sang anak dan kekecawaan terhadap ayahandanya. Drama ini memiliki alur maju karena pengenalan tokohnya yang sangat runtut dan berlatar tempat di dalam rumah. 

Dalam naskah drama ini terdapat 5 tokoh, yaitu Ayah, Ibu, Gunarto, Maimun dan Mintarsih. Ibu memiliki watak yang sosok yang tegar, sabar, dan pemaaf. Penggambaran watak ibu ini berdasarkan sikapnya dalam mengasuh ketiga putra-putrinya sendirian ketika ia ditinggalkan oleh suaminya. Meskipun begitu, ia telah memaafkan suaminya. Ayah memiliki watak yang tak begitu suka belajar dan hidup berfoya-foya. Tak bertanggung jawab karena meninggalkan anak-istrinya begitu saja. Sikap inilah yang kemudian membawanya pada permasalahan pelik berupa kebangkrutan atas semua hartanya hingga ia tak diterima lagi dalam keluarganya. Gunarto memiliki watak keras dan angkuh. Akan tetapi, ia merupakan sosok pengayom bagi adik-adiknya. Ia juga pekerja keras yang tak mau menyerah terhadap keadaan yang serba keterbatasan. Maimun merupakan sosok yang cerdas dan enerjik. Mintarsih meskipun tidak secerdas kakaknya, akan tetapi ia merupakan sosok perempuan yang rajin dan periang. 

Tanggapan:

Drama ini memiliki dialog yang tajam daripada dialog sehari-hari, sehingga pesan penulis dapat tersampaikan dengan jelas. Dalam naskah drama ini kita dapat mengambil manfaat dari amanat yang terkandung pada drama tersebut, yaitu janganlah mudah tergiur untuk mencari kekayaan karena kehidupan itu akan berputar ada kalanya di bawah dan di atas karena harta bukan ukuran untuk bahagia jika dengan harta seorang itu tidak bisa bertanggung jawab. Janganlah bersikap angkuh karena akan mengakibatkan penyesalan yang begitu mendalam, sehingga sebisa mungkin hindarilah sifat angkuh tersebut. Kita juga harus selalu menghormati kedua orangtua kita dan saling memaafkan kesalahan orang lain.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun Ketegangan dalam Novel Anda: Tip dan Trik Agar Pembaca Tetap Terpikat

Suntikan Nasionalisme Dalam Novel Laut Bercerita Karya Leila S. Chudori

Pengaruh Budaya dan Latar Belakang pada Karya Sastrawan