Pelacur Dalam Puisi Malam Jahat

 Akibat Meremehkan Dosa-dosa Kecil - Islampos

Malam Jahat

 

Malam dengan langit tanpa buahan

dan suara itu bukanlah angin puputan

tersebar ratapan perempuan sial

bagai merayap di atas jalan yang kekal.

 

Lelaki keluar ambang sendirian

Burung hitam banyak hinggapan

sekali melangkah kakinya besi

dituruti jalan sangsi yang abadi.

 

Dalam puisi “Malam Jahat” ini menceritakan pelacur. Dari judulnya yaitu Malam Jahat kita bisa menerka bahwa malam memang membahayakan. Kemudian dalam diksi di gambarkan bahwa “Tersebar ratapan perempuan sial” yang memang disana yang menjadi objek pada malam itu adalah perempuan dan dalam baris lain di jelaskan bahwa para lelaki keluar malam-malam “Lelaki keluar ambang sendirian” seolah mencari sesuatu yang rahasia lelaki keluar hanya sendiri. Dan pada baris “Dituruti jalan sangsi yang abadi.” juga menjelaskan yang menjadi objek adalah pelacur. Dengan maksud, jalan yang di ambil adalah jalan yang salah.

Puisi ini menggambarkan kehidupan malam hari. Dari judul kita bisa melihat dan kemudian dari baris pertama “malam dengan langit tanpa buahan” yang memang itu adalah suasana malam. Dan di baris-baris selanjutnya menggambarkan suasana dan keadaan yang terjadi pada malam hari. Rasa yang muncul dalam puisi ini adalah getir dan menyeramkan. Dari judul, dan dari baris “burung hitam banyak hingapan”. Burung hitam merupakan penggambaran bahwa daerah tersebut di kelilingi hawa jahat dari burung-burung hitam yang masih berkeliaran di malam hari. Hakikatnya burung tidur pada malam hari kecuali burung tertentu seperti burung hantu, burung hantu pun warnanya coklat atau putih bukan hitam. Apalagi dalam puisi ini burung hitam itu di gambarkan begitu banyak.

Pada puisi yang berjudul “Malam Jahat” ini, ditemukan Bahasa kiasan metafora yang merupakan kiasan yang menyatakan sesuatu sebagai hal yang sebanding dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama. Dalam sebuah metafora terdapat dua unsur, yaitu pembanding (vehiche) dan yang dibandingkan (tenor). Dalam hubungannya dengan kedua unsur tersebut, maka terdapat dua jenis metafora, yaitu metafora eksplisit dan metafora implisit. Pada puisi ini ditemukan bahasa kiasan metafora implisit karena hanya memiliki unsur pembanding saja, yaitu:

a.     “malam dengan langit tanpa buahan” menggunakan bahasa kiasan metafora implisit karena langit di gambarkan memiliki buah, padahal maksudnya adalah bintang atau bulan.

b.     “sekali melangkah kakinya besi” menggunakan bahasa kiasan metafora implisit karena kaki bukan dari besi. Kaki besi yang dimaksud dalam puisi ini adalah kaki yang kuat untuk terus melangkah menghadapi kehidupan malam yang begitu menyeramkan.

Dalam puisi berjudul “Malam Jahat” ini terdapat pula citraan yang merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui kata-kata. Berikut citraan yang di temukan dalam puisi tersebut:

a.     “Malam dengan langit tanpa buahan” Pada puisi tampak citraan penglihatan (visual imagery) karena dalam bayangan angan pembaca seolah-olah melihat langit malam yang hitam kosong karena tidak tampak cahaya bintang dan bulan.

b.     “dan suara itu bukanlah angin puputan” Pada puisi tampak citraan pendengaran (auditory imagery) karena dalam bayangan angan pembaca seolah-olah terdengar hembusan suara alami, bukan suara angina tiupan.

c.     “tersebar ratapan perempuan sial” Pada puisi tampak citraan pendengaran (auditory imagery) karena dalam bayangan angan pembaca seolah-olah terdengar suara tangisan dari pelacur.

d.     “Burung hitam banyak hinggapan” Pada puisi tampak citraan penglihatan (visual imagery) karena dalam bayangan angan pembaca seolah-olah melihat burung yang bertengger setelah mereka terbang.

e.     “sekali melangkah kakinya besi” Pada puisi tampak citraan gerak (kinesthetic imagery) karena pembaca seolah-olah dapat merasakan gerakan dari langkah kaki.

Terdapat diksi-diksi dalam puisi ini yang memang mempunyai makna dan tujuan tertentu. Berikut diksi yang di temukan dalam puisi tersebut:

a.     ‘puputan’ yang berarti tiupan, dalam baris “Dan suara itu bukan angin puputan” yang memang angin itu adalah angin alami.

b.     ‘kekal’ yang dapat diartikan abadi atau selama-lamanya.

c.     ‘ambang’ yang artinya adalah apung menurut kamus.

d.     ‘hinggapan’ yang jika tanpa di tambahkan surfiks pun dapat diartikan bertengger setelah terbang.

e.     ‘buahan’ dalam baris “malam dengan langit tanpa buahan” buah di sana menunjuk pada bintang atau bulan yang menghiasi langit.

f.      ‘ratapan’ menurut KBBI ratapan adalah tangisan yang disertai ucapan yang menyedihkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun Ketegangan dalam Novel Anda: Tip dan Trik Agar Pembaca Tetap Terpikat

Peran Setting dalam Membangun Atmosfer pada Novel

Gaya Penulisan dan Bahasa dalam Novel: Keunikan dan Pengaruhnya