Kuatnya Pagar Adat Dalam Cerpen Nasihat-Nasihat Karya A.A. Navis
Dalam cerpen Nasihat-Nasihat karya A.A. Navis terdapat tokoh bernama Hasibuan seorang pemuda minang yang bimbang dengan kondisinya, ketika ingin menemui seorang gadis yang ia cintai. Atas kebimbangannya tersebut ia mintakan nasihat kepada orang tua. Namun, orang tua melarangnya bertemu dengan gadis yang dianggap orang tua tidak baik. Padahal nasihat orang tua itu tidak benar. Dalam cerpen ini Hasibuan digambarkan sebagai seseorang yang kurang pendirian, dirinya masih suka goyah terhadap nasehat – nasehat yang diutaraka orang tua. Hal ini tampak pada kutipan cerpen berikut.
"Tak aku temui dia." (Navis, 2010:93)
"Aku antarkan dia kembali ke rumah kenalanku itu." (Navis, 2010:94)
Dalam kutipan tersebut, tampak Hasibuan yang awalnya mengikuti nasihat orang tua untuk tidak menemui gadis yang ia cintai. Namun, pada akhirnya Hasibuan goyah dan menemui gadis tersebut.
Tokoh Hasibuan dalam cerpen tersebut menggambarkan sifat suka menolong yang tergambar ketika ia mau menolong gadis desa itu. Sikap tersebut merupakan bentuk perhatiannya kepada gadis desa yang ia cintai. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
“Malah kuberi dia ongkos." (Navis, 2010:94)
Digambarkan Hasibuan merupakan seseorang yang mudah putus asa. Ia meminta nasihat kepada orang tua, Hasibuan berharap mendapat jalan keluar dari persoalan yang ia miliki. Kutipan yang mendukung hal ini tampak pada.
"Itulah semua," ujar Hasibuan dengan nada putus asa. "Berilah aku nasihat. Apa yang harus kulakukan lagi?" (Navis, 2010:91)
Tokoh orang tua dalam cerpen ini menggambarkan sifat sombong. Ia merasa dirinya sangat pintar dalam memberi nasehat dan semua nasehatnya dianggap benar karena menurutnya beliau sudah tua, sehingga memiliki banyak pengalaman. Hal ini tampak pada kutipan cerpen berikut.
“Hasibuan merasa, bahwa ucapan orang tua itu seperti menuduhnya telah berbicara yang bukan-bukan. Dan ia mau meyakinkan orang tua itu. Tapi sebelum ia selesai menyusun kalimat yang hendak di ucapkannya, orang itu berkata lagi. Katanya, "Aku sudah tua. Sudah banyak pengalaman. Aku sudah mengerti benar segala sifat dan fiil manusia. Bahkan dari setiap muka seseorang aku dapat membaca segalanya. Tentang itu aku takkan silap. Percayalah." (Navis, 2010:92)
Orang tua dalam cerpen ini juga merasa paling benar dan sok tahu. Orang tua merasa gadis yang baru dikenal Hasibuan itu merupakan seorang penipu, sehingga ia menasihati Hasibuan agar menjauhi gadis tersebut. Bahkan kalau perlu mengusir gadis itu karena menurut orang tua, gadis itu kurang sopan atau gila karena sifatnya terlalu berani dan bertentangan dengan adat kebiasaan gadis di Minangkabau yang sangat pemalu dan tidak berani mendekati pemuda yang tidak dikenalnya. Ternyata anggapan orang tua itu salah, gadis itu ternyata orang baik, sopan, dan cantik. Hal ini terdapat pada kutipan.
"Hm. Seorang gadis. Gadis desa pula. Yang mestinya pemalu, tahu adat, berkesopanan tinggi, tidaklah akan mau berbuat demikian. Tentunya dia itu gila. Atau sekurang-kurangnya berbuat gila-gilaan. Tentu ada sebabnya. Sangkamu apa sebabnya?" (Navis, 2010:94)
Penulis tidak menggambarkan sifat gadis secara langsung, tetapi menggambarkannya melalui pikiraan atau dialog tokoh lain. Gadis tersebut digambarkan memiliki sikap sopan santun, halus budinya, tahu adat serta pengertian. Hal ini tampak pada kutipan cerpen berikut.
“Dan ketika ia sedang berdua saja di ruang tamu, orang tua itu mengalih duduk di dekat Hasibuan. Seperti ada suatu rahasia saja, ia bicara dengan berbisik. "Pilihanmu tepat kali ini. Cantiknya, melebihi gadismu yang khianat dulu. Lihatlah. Tentang ini aku tidak silap. Perhatikanlah. Ketika dia datang tadi, ia salami aku. Itu biasa. Tapi dia terus menanyakan Ibumu dan menemuinya ke belakang. Ini luar biasa. Tertibnya bagus sekali. Kemudian dia sendiri yang menating teh buat kita, seperti rumah ini rumah orang tuanya saja. Ini sungguh menakjubkan. Anak baik dia ini. Dalam seribu, jarang satu seperti dia. Meskipun begitu, mataku yang tua ini, mata yang telah banyak melihat ini, masih dapat menangkap suatu kekurangannya. Dalam hal ini aku tak silap.” (Navis, 2010:100)
Gadis ini merupakan penggerak alur dalam cerita meskipun gadis dalam cerpen ini hanya dimunculkan beberapaka kali. Gadis membawakan konflik dalam jalannya cerita. Konflik tersebut berpengaruh terhadap kebimbangan tokoh Hasibuan yang kemudian mengadu kebimbangannya tersebut kepada orang tua untuk meminta nasihat. Hal ini terdapat dalam kutipan.
“Kemarin gadis itu, yang sampai saat itu tak pula diketahui namanya, duduk disampingnya di atas bis. Setelah omong-omong yang tidak berarti, tiba-tiba gadis itu menyandarkan kepalanya ke bahunya. Bilang, kepalanya sakit benar. Dan hati mudanya menyuruh memeluk gadis itu. Dan dipeluknya gadis itu. Kemudian, gadis yan tak hendak berpisah lagi dengan dia itu, ditumpangkannya ke rumah seorang kenalannya di tepi kota. Dan pada gadis itu ia sudah berjanji hendak menemuinya besok pagi.” (Navis, 2010:93)
Terlihat konflik yang terjadi akibat pertemuan Hasibuan dengan gadis yang tidak ingin berpisah dengannya.
“Ketika pagi datang, sebelum ia menemuinya, lebih dulu ia bicara kepada orang tua itu untuk meminta nasihatnya. Nasihat orang tua itu diikutinya. Tak jadi ia menemui gadis itu.” (Navis, 2010:93)
Dalam kutipan diatas tampak Hasibuan yang bimbang untuk bertemu dengan gadis tersebut, kemudian ia meminta nasihat dan menjalankan nasihat dari orang tua.
Minangkabau yang Beradat Tinggi
Cerpen Nasihat-Nasihat memiliki nilai-nilai penting yang ingin disampaikan A.A. Navis untuk pembaca. Nilai yang terkandung dalam cerpen ini, dapat dipahami melalui sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut bisa saja datang dari orang tua ataupun anak muda. Tentunya sudut pandang itu akan menghasilkan gagasan yang kemudian berpengaruh terhadap nilai-nilai yang terdapat pada cerpen ini. Salah satu nilai yang terkandung dalam cerpen ini mengenai nasihat orang tua.
Nilai mengenai nasihat orang tua terlihat dari keadaan lingkungan tempat tinggal A.A. Navis pada cerpen Nasihat-Nasihat di Padang Panjang, khusunya di Minangkabau. Pada saat itu terdapat adat yang melekat begitu kuat, bahwa setiap anak muda harus meminta nasihat kepada orang tua. Setiap nasihat yang disampaikan harus dilakukan walaupun nasihat yang diberikan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Disini A.A Navis mengkritik keadaan lingkungan tempat tinggalnya, jika siapa saja berhak menentukan jalan hidupnya sendiri selagi itu baik untuknya, untuk keluarganya, serta baik untuk agamanya.
Nasihat Orang Tua
Nasihat biasanya keluar dari orang tua, di mana orang yang lebih tua biasanya sudah memiliki pengalaman yang banyak sehingga dipandang lebih bijak dalam memberikan saran untuk memecahkan masalah. Sebagai anak muda sudah sepantasnya menghormati nasihat yang diberikan oleh orang tua. Disisi lain nasihat orang tua dianggap sebagai kungkungan adat karena dalam praktiknya orang tua menganggap dirinya yang selalu penuh dengan nasihat yang bijak, karena pengalamannya akan hidup yang lebih dahulu. Orang tua juga mengetahui segala jenis masalah yang terjadi dalam kehidupan, cepat mengambil keputusan dan kesimpulan akan masalah yang terjadi karena ia menganggap sebuah masalah itu tipenya serupa dengan saat ia hidup dimasa itu. Hal ini menjadi suatu kebiasaan dalam masyarakat jika orang tua selalu benar dan anak muda harus mendengarkan nasihat orang tua, itulah yang terjadi dalam adat negara kita.
Dalam cerpen Nasihat-Nasihat, AA Navis juga menyampaikan sebuah perlawanan melalui tokoh anak muda yaitu Hasibuan. Perlawanan tersebut digambarkan secara tersirat. Hasibuan tetap mengikuti aturan adat yang memang sudah berlaku di tempat tinggalnya. Ia selalu mendatangi tokoh orang tua yang dianggap sepuh untuk meminta nasihat, didengarkan dan dijalankannya nasihat orang tua tersebut. Sampai pada akhirnya Hasibuan merasa nasihat-nasihat yang diberikan orang tua itu semuanya tidak tepat. Pada saat itu, Hasibuan tidak menjalankan nasihat orang tua. Hal ini tidak lantas membuat penafsiran bahwa kita anak muda tidak perlu mengikuti nasihat orang tua, mungkin penyesuaian yang harus ditekankan disini karena pada akhir cerpen tersebut ada sebuah kesimpulan kita jangan langsung berbicara hal yang belum pernah kita lihat.
Sebagai seorang anak harus mendengarkan nasihat orang tua. Namun, sebagai orang tua juga jangan terlalu mengekang keinginan anak, selagi itu masih didalam batas kewajaran. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak yang dapat dilakuakan dengan sedikit lebih santai, tidak ada lagi istilah yang menggurui, jika orang tua lebih benar karena pengalaman hidupnya lebih banyak. Hal yang lebih sering digunakan adalah kata berbagi pengalaman, dimana orang tua membagi pengalaman hidupnya kepada orang muda dan orang muda dapat memetik pelajaran dari pengalamannya dari yang baik ataupun buruk, melalui pengalaman orang tua.
Komentar
Posting Komentar